
Oleh karena itu, Allah banyak menganjurkan shadaqah di dalam
Al-Qur’an, karena ia merupakan solusi jitu dalam mengatasi musibah dan krisis
sebagaimana hal ini telah dipraktekkan oleh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa
sallam- , dan para sahabat. Allah -Ta’ala- berfirman dalam menuntun kaum
muslimin untuk mengeluarkan shadaqah,
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَءَاتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ
ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ
وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَءَاتَى الزَّكَاةَ
وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ
وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ
الْمُتَّقُونَ
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”.
(QS. Al-Baqarah: 177)
Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman:
وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ وَأَنْ
تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang)
itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”. (QS. Al-Baqarah: 280)
Menafkahkan harta yang dicintai
Diantara sifat seorang mukmin yang terdapat pada ayat-ayat
al-qur’an yaitu menafkahkan harta yang dicintainya, sebagaimana dalam firman
Allah subhanahu wa ta’ala:
الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ
يُنْفِقُونَ ٨:٣
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan
sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (Al-Anfal: 3)
Yakni, rezeki yang telah Allah berikan kepada mereka lalu mereka
mengeluarkannya.
Para ulama berbeda pendapat tentang maksud “menafkahkan” disini,
yaitu sebagai berikut:
1. Ada yang mengatakan, yang dimaksud dengan “nafkah” yang
dikeluarkan itu adalah zakat wajib.
2. Ada yang mengatakan, yang dimaksud dengan “nafkah” tersebut
adalah sedekah tathawu’ atau sukarela.
3. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut adalah hak-hak yang
ada dalam harta selain zakat, karena Allah subhanahu wa ta’ala ketika
menyebutkannya, berbarengan dengan shalat, maka nafkah tersebut menjadi wajib,
dan ketika tidak disebutkan berbarengan dengan shalat maka yang fardhu hanya shalat,
sedangkan nafkah tersebut tidak fardhu.
4. Ada pula yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “nafkah”
tersebut adalah nafkah dalam makna umum, dan inilah pendapat yang paling dekat
dengan kebenaran, karena infak tersebut menempati posisi “terpuji” jika
dilakukan sebagian harta yang diberikannya kepada mereka dan infak hanya dapat
dilakukan dari rezeki yang halal. Maksud ayat tersebut adalah, “Mereka
mengeluarkan sesuatu yang telah ditetapkan oleh syari’at berupa zakat atau yang
lainnya, yang terkadang muncul pada beberapa keadaan, dan mereka dianjurkan
untuk melakukan semua itu” [Al-Jami' (1/125) oleh Al-Imam Qurthubi dan Tafsir
Al-Qur'an al-Azhim (1/42) oleh Al-Imam Ibnu Katsir]
Dahulu, ada pepatah yang sering diucapkan: “tidak berhak
dilahirkan orang yang hidup hanya untuk kepentingan dirinya sendiri”
Tentunya seorang mukmin tidak bisa hidup tanpa kerabat dekat
(famili/keluarga), para tetangga, dan teman sejawat, dan tentu disana ada orang
yang kaya dan yang muskin, yang kuat dan yang lemah, yang berkecukupan dan yang
kekurangan.
Seorang mukmin akan selalu berpacu memberikan sedekah kepada
setiap orang yang membutuhkannya, baik yang dekat maupun yang jauh, yang
dikenal maupun yang tidak dikenalnya.
Sedekah yang kita berikan tidak terbatas, baik kecil atau besar,
karena maksud dari sedekah adalah memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan
dan mengeluarkan diri dari sikap pelit.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:
“Pada suatu hari yang terik, ada seorang wanita pelacur melihat
seekor anjing sedang mengelilingi sebuah sumur. Anjing itu menjulurkan lidahnya
karena kehausan. Si pelacur lalu membuka sepatunya dan mengisinya dengan air
sumur tersebut lalu diberikan kepada anjing tersebut. Wanita itu dimapuni
dosa-dosanya” (HR. Muslim)
Perhatikanlah, bagaimana sedekah yang jumlahnya sedikit telah
menjadikan rahmat dan maghfirah (ampunan) Allah tercurah kepada wanita
tunasusila tersebut, bahkan kalimat thayyibah (kata-kata yang baik) yang keluar
dari mulut Anda akan dicatat disisi Allah sebagai rangkaian sedekah yang anda
telah lakukan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:
“Jauhilah api neraka meskipun hanya (bersedekah) dengan separoh
kurma. Jika kamu tidak menemukannya, maka (cukup) dengan kata-kata yang baik.”
[HR. Bukhari (6023), Muslim (7/101), Ahmad, (4/256), Nasa'i (5/75), Darimi
(1390), Baihaqi (1/390) dalam kitabnya sunan kubra]
Semua ini mengajak kita untuk menjadi orang yang dermawan. Maka
janganlah Anda pelit terhadap orang lain, meskipun hanya dengan memberi
sepotong pakaian, sesuap makanan, atau seteguk minuman.
Maka, mari kita memperhatikan sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, yang artinya:
“‘Setiap muslim bersedekah.’
Para shahabat bertanya, ‘wahai Rasulullah, bagaimana jika tidak
mampu?’, Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Bekerjalah dengan
tangan sendiri sehingga bermanfaat bagi dirinya, lalu ia bersedekah.’
Para shahabat bertanya, ‘Bagaimana jika tidak mampu?’, Jawab
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Menolong orang yang mempunyai
kebutuhan dan yang sedang susah.’
Para shahabat bertanya lagi, ‘Bagaimana jika dia tidak dapat
melakukannya?’, Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Memerintahkan
berbuat baik atau berbuat makruf.’
Para shahabat bertanya lagi, ‘Jika dia tidak dapat
melakukannya?’, Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Menahan diri
dari berbuat buruk, maka hal itu merupakan sedekah bagi dirinya.’ (HR. Bukhari
dan Muslim)
Diantara contoh indah yang diteladankan orang-orang terdahulu
kepada kita dalam berinfak adalah seperti tertulis dalam kisah berikut;
Abu Thalhah Al-Anshari Radhiyallahu ‘anhu, adalah orang Anshar
di Madinah yang tergolong paling banyak hartanya, dan harta yang paling
dicintainya adalah Bairuha (Nama tempat di Madinah, sejenis kebun), yang
letaknya berhadapan dengan Masjid Nabawi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah memasukinya dan pernah meminum airnya yang segar. Setelah ayat
berikut ini turun,
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُوا مِمَّا
تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
٣:٩٢
“Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa
saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (Ali ‘Imraan:
92)
Kemudian, Abu Thalhah pergi menuju tempat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan berkata
“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman dalam
Kalam-Nya, “Kamu belum menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai,..” (Ali
‘Imraan: 92) dan diantara harta saya yang saya cintai adalah Bairuha, maka ia
akan saya jadikan sedekah bagi Allah Ta’ala. Saya mengharapkan semoga ia akan
menjadikan kebajikan dan amalan saya disisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka, ia
kuserahkan kepada engkau (yaa, Rasulullah) dan terserah kepada siapa ia akan
engkau berikan!”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Itulah
keberuntungan, itulah keberuntungan, itulah keberuntungan. Dan aku telah
mendengar apa yang telah engkau katakan. Itu lebih baik engkau sedekahkan
kepada keluarga terdekat(mu)” (HR. Bukhari dan Muslim). Lalu, Bairuha
dibagi-bagikan kepada kerabat dekat Abu Thalhah dan kepada anak-anak pamannya.
Wahai saudara seaqidahku, jika Anda memiliki sifat-sifat terpuji
yang telah disebutkan diatas, maka anda adalah seorang mukmin yang sejati
sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,
أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَهُمْ دَرَجَاتٌ
عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ ٨:٤
“Itulah orang-orang mukmin yang sebenar-benarnya. Mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta
rezeki (nikmat) yang mulia” (Al-Anfaal: 4)
Karena shadaqah dan infaq merupakan solusi jitu, maka dalam
risalah ini perlu dibawakan beberapa dalil yang menunjukkan keutamaan dan
pentingnya shadaqah agar orang-orang yang memiliki kelebihan harta bisa
tergerak hatinya untuk bersedekah dan berinfaq, entah kepada tetangga,
fakir-miskin, masjid, sekolah, majelis ta’lim, majalah, buletin, dan
amalan-amalan kebaikan lainnya. Di antara keutamaan shadaqah:
Mendapatkan Pahala yang Berlipat Ganda
Yang mana dengan shadaqah tersebut Allah -Subhanahu wa Ta’ala-
memuliakan kaum muslimin, menyucikan harta mereka, serta memberikan ganjaran
bagi mereka dengan ganjaran yang berlipat ganda dan menuliskannya disisi-Nya
sebagai kebaikan yang sempurna. Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman:
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ
لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang
baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan
melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”. (QS. Al-Baqarah:
245)
Tanda Ketaqwaan
Shadaqah adalah tanda dan ciri ketaqwaan seorang muslim.Allah
-Ta’ala- berfirman,
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2)
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا
رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa,. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan
kepada mereka“. (QS. Al Baqarah : 2-3)
Shadaqah Bekal Menuju Akhirat
Akan tiba masa yang tidak ada lagi jual beli, dan tidak
bermanfaat persahabatan. Oleh karena itu, sebelum tiba masa itu hendaknya seseorang
mempersiapkan perbekalan yang bisa membantunya yaitu dengan banyak-banyak
bershadaqah. Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ
مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ
وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah)
sebagian dari rezki yang Telah kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang
pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa’at. dan orang-orang
kafir Itulah orang-orang yang zalim“. (QS. Al Baqarah : 254)
Al-Allamah Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’diy -rahimahullah-
berkata,
“Ini merupakan kelembutan Allah terhadap para hamba-Nya, karena
Allah memerintahkan mereka untuk mempersembahkan sesuatu yang Allah berikan
kepada mereka, berupa shadaqah wajib (zakat), dan shadaqah mustahab (tidak
wajib) agar hal itu menjadi tabungan, dan pahala yang banyak bagi mereka pada
hari orang-orang yang beramal butuh kepada setitik kebaikan; tak ada lagi
perniagaan di hari itu. Andai seorang menebus dirinya dengan emas sepenuh bumi
dari siksaan pada hari kiamat, maka tak akan diterima darinya; tak akan
bermamfaat baginya seorang kekasih, dan sahabat, baik itu karena kedudukannya
atau syafa’atnya. Itulah hari yang merugi para pelaku kebatilan di dalamnya,
dan akan terjadi kehinaan bagi orang-orang yang zhalim”.
[Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman (hal. 110)]
Shadaqah Adalah Perisai Dari Neraka
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
لِيَتَّقِ أَحَدُكُمْ وَجْهَهُ النَّارَ وَلَوْبِشِقِّ تَمْرَةٍ
“Handaknya salah seorang diantara kalian melindungi wajahnya
dari neraka, sekalipun dengan sebelah biji korma”. [HR. Ahmad. Hadits ini
di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Shohih At-Targhib (864)]
Shadaqah Penghapus Kesalahan
Setiap anak cucu adam tidak lepas dari kesalahan, namun Allah
yang Maha pemurah telah memberikan suatu sebab yang dengannya bisa menghapuskan
kesalahan-kesalahan dari anak cucu adam dan sebab tersebut adalah dengan
bershadaqah.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ المَاءُ
النَّارَ
“Shadaqah itu memadamkan (menghapuskan) kesalahan sebagaimana
air memadamkan api” [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (3/321), dan Abu Ya’laa. Lihat
Shohih At-Targhib (1/519)]
Shadaqah Pelindung Di Padang Mahsyar
Ketika manusia menanti keputusan di padang mahsyar dan sibuk
dengan urusan masing-masing. Manusia pada saat itu tidak peduli lagi dengan
orang-orang yang ada di sekitar mereka. Matahari didekatkan dengan jarak satu
mil, pada saat itulah seseorang sangat membutuhkan pahala shadaqah yang bisa
menaungi mereka. Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
كُلُّ امْرِئٍ فِيْ ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ
النَّاسِ
“Setiap orang berada dalam naungan shadaqahnya hingga diputuskan
perkara di antara manusia“. [HR. Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan
Al-Hakim. Hadits ini shohih sebagaimana yang dinyatakan oleh Syaikh Al-Albaniy
dalam Shohih At-Targhib wa At-Tarhib (872)]
Shadaqah Pemadam Panas Di Alam Kubur
Tentunya seorang mukmin apabila dia mati maka dia mendambakan
kuburnya adalah termasuk taman di antara taman-taman surga dan jauh dari
panasnya api neraka. Rasulullah yang sangat sayang kepada umatnya telah
memberikan tuntunan yang bisa menyelamatkan umatnya dari panasnya api neraka
yaitu bershadaqah. Beliau bersabda :
إِنَّ الصَّدَقَةَ لَتُطْفِئُ عَنْ أَهْلِهَا حَرَّ القُبُوْرِ
“Sesungguhnya shadaqah akan memadamkan panasnya kubur bagi
pemilik shadaqah”. [HR. Ath-Thobroniy dalam Al-Kabir, dan Al-Baihaqiy. Syaikh
Al-Albaniy meng-hasan-kan hadits ini dalam Ash-Shohihah (3484)]
Shadaqah Adalah Sebab Malaikat Mendo’akan Seseorang
Sungguh suatu kemuliaan tersendiri bila seseorang dido’akan oleh
makhluk yang dekat dengan Allah yaitu para malaikat, tentu do’a tersebut adalah
do’a yang mustajab. Maka dengan bershadaqahlah bisa menjadi sebab seseorang
dido’akan oleh para malaikat. Rasululullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-
bersabda :
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ العَبْدُ فِيْهِ إِلَّا مَلَكَانِ
يَنْزِلَانِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَ
يَقُوْلُ الآخَرُ: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
“Tak ada suatu hari pun seorang hamba berada di dalamnya,
kecuali ada dua orang malaikat akan turun; seorang diantaranya berdo’a, “Ya
Allah berikanlah ganti bagi orang yang berinfaq”. Yang lainnya berdo’a, “Ya
Allah, berikanlah kehancuran bagi orang yang menahan infaq”.”. [HR. Al-Bukhoriy
dan Muslim ]
Tujuh Golongan yang Dinaungi
Padang Mahsyar merupakan tempat pengadilan. Allah akan mengadili
dan memutuskan segala urusan dan perkara setiap hamba-hamba-Nya, baik itu
berkaitan dengan hak Rabb-nya, orang lain, ataupun dirinya sendiri. Hari itu
merupakan hari yang amat mengerikan dan menakutkan sehingga semua makhluk
tunduk dan pasrah kepada Sang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, Allah Rabb alam
semesta.
يَوْمَ يَقُومُ الرُّوحُ وَالْمَلَائِكَةُ صَفًّا لَا
يَتَكَلَّمُونَ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَقَالَ صَوَابًا يَ
“Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf,
mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh
Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar”.(QS.An-Naba’: 38)
وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى
كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut.
Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu
kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Al-Jatsiyah:
28)
Belum lagi matahari didekatkan dengan sedekat-dekatnya. Nabi
-Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, Ketika itulah para hamba menunggu dan
mengharapkan perlindungan dan naungan dari Rabb-nya. Diantara golongan yang
mendapatkan naungan saat itu, orang yang ikhlas bershodaqoh. Nabi -Shollallahu
‘alaihi wasallam- bersabda,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا
ظِلُّهُ: الإِمَامُ العَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ بِِعِبَادَةِ اللهِ وَرَجُلٌ
قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِيْ المَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِيْ اللهِ
اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ
مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ
فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمُ يَمِيْنُهُ مَا تُنْفِقُ شِمَالُهُ وَرَجُلٌ
ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari kiamat
yang mana tidak ada naungan selain naungan Allah….seseorang yang bershadaqoh
dengan suatu shadaqoh yang ia rahasiakan sehingga tangan kirinya tidak
mengetahui apa-apa yang telah dishadaqohkan oleh tangan kanannya”. [HR.
Al-Bukhariy dalam Shohih-nya (629), Muslim dalam Shohih-nya (1032)]
Sungguh agung dan besar keutamaan berhadaqah, akan tetapi suatu
amalan tidak akan menjadi agung, tanpa disertai dengan niat yang ikhlas dan
sesuai dengan tuntunan Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
Semoga Allah memudahkan kita untuk bershadaqah baik shadaqah
berupa materi, tenaga, pikiran maupun berupa ucapan. Amin…
Sumber :
- Amal yang dibenci dan yang dicintai Allah: panduan untuk
muslimah, Majdi Fathi Sayyid, Nabhani Idris, Gema Insani, 1998, Hal 92-97
- Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 15 Tahun I. Penerbit :
Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Pesantren Tanwirus Sunnah, Jl. Bonto Te’ne No. 58,
Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. HP : 08124173512 (a/n Ust.
Abu Fa’izah). Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir
Al Atsary, Lc. Dewan Redaksi : Santri Ma’had Tanwirus Sunnah – Gowa.
Editor/Pengasuh : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu
Muhammad Mulyadi. Untuk berlangganan hubungi alamat di atas. (infaq Rp.
200,-/exp). Link: http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=768
Artikel Belajar Islam: http://belajarislam.or.id/archives/523
Tag :
Donasi
0 Komentar untuk "Keutamaan Shadaqah"